Jumat, 23 Desember 2016
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN ICT DALAM PARADIGMA PENDIDIKAN BARU : PERSEPSI DOSEN TERHADAP PENGALAMAN SISWA (”ICT Teaching and Learning in a new Educational Paradigm: Lecturers’ Perceptions Versus Students’ Experiences”)
TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN
PENGASUH
TEKNOLOGI INFORMASI
PAI Dr. Ani Cahyadi, M.Pd.
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN ICT DALAM PARADIGMA
PENDIDIKAN BARU : PERSEPSI
DOSEN TERHADAP PENGALAMAN SISWA (”ICT Teaching and Learning in a new Educational Paradigm: Lecturers’
Perceptions
Versus
Students’
Experiences”)
Oleh:
Syarifah
Sofia Ulfah NIM.1502521464
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
ANTASARI
PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim ….
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan kesehatan kepada kita semua. Shalawat
serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beserta
sahabat, kerabat, dan orang – orang yang mengikuti jejak langkah beliau hingga
akhir zaman.
Tiada henti-hentinya penyusun
mengucapkan Alhamdulillah segala puji bagi Allah sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Review artikel yang berjudul ” PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN ICT DALAM PARADIGMA PENDIDIKANBARU : PERSEPSI DOSEN TERHADAP
PENGALAMAN SISWA Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan dan juga salah satu tugas
yang harus dipenuhi.
Penyusun menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dikarenakan kurangnya pengetahuan
penyusun. Oleh karena, itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini kedepan.
Dalam penyelesaian ini penyusun
mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada Dr. Ani Cahyadi, M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Teknologi
Informasi PAI
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun sendiri maupun bagi orang
lain. Amiin….
Banjarmasin,
28 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Jurnal ini berjudul
”ICT teaching and learning in a new
educational paradigm: Lecturers’
perceptions versus students’ experiences”, yang ditulis oleh Judy Sheard dan Angela Carbone yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Pengajaran Dan Pembelajaran ICT Dalam Paradigma
Pendidikan Baru : Persepsi Dosen Terhadap Pengalaman Siswa”.
Jurnal ini didahului bahwa mengajar tersier (perguruan tinggi) dan lingkungan belajar adalah suatu sistem yang
komplek dimana siswa dan pendidik berinteraksi untuk mendorong pembelajaran. Perhatian
dan pengalaman siswa terhadap lingkungan pendidikan mereka mempengaruhi pendekatan
belajar mereka dan hasil akhir belajar mereka.
Beberapa studi menunjukkan bahwa
persepsi pendidik terhadap siswa-siswa mempengaruhi pemahaman mereka tentang
peran dan tanggung jawab mengajar. Ini tercermin dari lingkungan pendidikan
yang mereka berikan. Persepsi seorang pendidik tentang motivasi siswa, minat
dan kemampuan siswa, mempengaruhi interaksi mereka dengan siswa, pendekatan
mereka mengajar dan cara mereka menyajikan kurikulum.
Paradigma
pendidikan baru ini terjadinya pergeseran cara pengajaran dan pembelajaran yang
dirasakan dalam pendidikan tinggi. Salah
satunya adalah dari pembelajaran teacher-centered
ke pendidikan student-centered, dan
yang lainnya adalah pergeseran dari kelas tradisional ke kelas virtual. Namun,
ada indikasi bahwa akademisi dan mahasiswa belum semuanya/seluruhnya memeluk
paradigma pendidikan baru ini. Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh
pendidik TIK (ICT) adalah disiplin TIK yang berkembang pesat.
Investigasi antara perspektif siswa dan pendidik dapat berguna untuk
memperoleh informasi desain kurikulum atau pendekatan paedagogik dan dapat juga
membantu kesalahpahaman tentang isi materi pelajaran dalam belajar mengajar. Setiap ketidaksesuaian antara siswa
dan pendidik dalam pemahaman belajar mengajar dapat menghasilkan pengalaman
yang membuat frustasi. Menghilangkan kesalahpahaman ini sangat penting untuk
menyediakan lingkungan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan
siswa. Hal ini akan membuat pengalaman
pendidikan yang lebih memuaskan
bagi siswa dan membantu adaptasi terhadap lingkungan di pendidikan tinggi.
Para guru perlu menyadari bahwa mereka tidak mengalami pengalaman yang
sama, dan pengalaman siswa tidak sama dengan yang dimiliki guru. Tugas utama
mengajar adalah bekerja untuk mengembangkan pembelajaran dan situasi
pembelajaran, dimana diharapkan pengalaman siswa sama dengan pembelajaran yang
diharapkan/didesain/dirancang oleh guru.[1]
Meskipun sudah banyak
pembelajaran terhadap perspektif siswa dan pendidik di perguruan tinggi, sangat
sedikit yang menemukan terhadap investigasi keduanya. Satu dari pelengkap
penelitian, Hoppes dan Chesbro (2003) mereka menemukan bahwa persamaan dan
perbedaan pandangan dalam instruksi/arahan/perintah antara pendidik dan siswa.
Mereka menemukan ketidaksepakatan dalam nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut
tentang teknik pengajaran dan pendekatan. Pembelajaran ini menurut mereka,
memungkinkan kesempatan bagi pendidik dan siswa untuk memahami pandangan
masing-masing dan bekerja sama menuju tujuan yang sama.[2]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengajaran TIK di PerguruanTinggi dan
Pembelajaran Tersusun (Learning Landskap)
Pengajaran TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) atau ICT (Information
Communication Technologi) di perguruan tinggi banyak menghadapi tantangan. Sebuah
tekanan akademik/pendidikan TIK yang dihadapi pada umumnya adalah apakah untuk mengajarkan
keahlian khusus, yang bisa membantu siswa untuk mendapatkan pekerjaan langsung,
atau mengajarkan materi yang mendasar untuk persiapan siswa yang lebih baik
untuk pekerjaan jangka panjang pada Industri TIK. Susunan kurikulum TIK berubah
sangat cepat sehingga akademik/pendidik harus memperbarui kurikulum dan bahan
ajar. Dengan frekuensi perbaruan program TIK sangat sulit untuk kemampuan siswa
dan karir penasihat untuk mengikuti
perubahan ini.
Setiap perubahan teknologi membuat sulit siswa
SMA dengan konsisten dan kursus dasar terbaru. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bahwa sebuah studi oleh Multimedia Victoria (2007) menemukan bahwa
48% siswa sekolah percaya bahwa mereka tidak banyak mengetahui tentang pembelajaran
TIK di perguruan tinggi. Selain itu seperempat menyatakan bahwa sulit untuk
mencari tahu tentang tingkatan TIK di perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa beberapa siswa memilih TIK tanpa mengetahui apa yang akan dipelajari, dan
hal ini mengakibatkan pengalaman yang kurang memuaskan.
Dalam sektor pendidikan tinggi selama dua dekade
terakhir telah terjadi perubahan mendasar dalam cara mengajar yang dirasakan,
perubahan itu adalah pembelajaran teacher
centered ke pendidikan berpusat ke siswa, dan dari tradisional ke kelas
virtual, yang sangat memungkinkan adanya web dan berhubungan dengan teknologi. Perubahan
ini telah mengakibatkan paradigma pendidikan baru yang memiliki mode baru
penyampaian, elektronik yang ditingkatkan atau membangun lingkungan
pembelajaran, mengubah peran dan tanggung jawab untuk siswa dan pendidik.
Namun, ada
indikasi bahwa banyak akademisi pendidik belum melaksanakan paradigma
pendidikan baru. Pengajaran dan pembelajaran cenderung disajikan dalam bentuk
lama yang sama, di ruang lama yang sama, menggunakan konsep lama yang sama dari
tatap muka hubungan interpersonal. Meskipun akademisi tidak senang dengan ruang
kelas formal, paling tidak membuat transisi ke alternatif yang ditawarkan oleh
paradigma pendidikan baru. Sebagai contoh, meskipun akademisi dapat menggunakan
Web untuk menyediakan sumber daya untuk siswa mereka, mereka masih
mempertahankan ajaran tatap muka tradisional karena mereka melihat ini untuk
memastikan bahwa siswa belajar “hal-hal yang benar” dan dengan “cara yang benar”. pendidikan tinggi
masih terikat oleh nilai-nilai dan harapan tradisional. Masalah lain adalah
bahwa sangat sedikit akademisi memiliki kesempatan untuk terlibat dalam wacana
di mana mereka bisa merefleksikan pengalaman mengajar mereka.
Karena adanya perubahan tuntutan
kecakapan berbagai jenis pekerjaan baru, kini ada kecenderungan baru dalam
evolusi pengetahuan yang konvergen. Berbagai jenis pekerjaan baru menuntut
kecakapan multidisipliner, dan nyaris tidak ada lagi pekerjaan yang membutuhkan
kecakapan spesifik semata-mata. Inovasi-inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah
bagian terpenting dari upaya menuju perubahan secara komprehensif tersebut.[3]
Hasil penelitian mengungkapkan, dosen
menyatakan bahwa motivasi belajar siswa untuk tingkatan TIK merupakan faktor
penting dalam hasil belajar. Banyak dosen menyatakan bahwa sumber yang paling
umum dari motivasi bagi siswa adalah keinginan untuk berkarir di TIK.
Beberapa dosen mengatakan bahwa
beberapa siswa tidak tahu mengapa mereka memilih TIK. Sejumlah dosen
menimbulkan kekhawatiran tentang kurangnya motivasi siswa. Beberapa dosen
merasakan ini sebagai masalah dari kurangnya kemampuan untuk menguasai isi
kursus TIK. Sejumlah dosen menyebutkan bahwa mereka mencoba untuk memotivasi
siswa dengan menghubungkan materi kursus untuk pekerjaan masa depan mereka.
Strategi pembelajaran yang efektif
memerlukan pemikiran dan keputusan proses
penyelenggaraan yang berorientasi jangka panjang. Hal tersebut
disebabkan respons siswa terhadap aktivitas selama mengikuti pembelajaran
bergantung pada apa yang mereka alami dan rasakan selama mengikuti proses
kegiatan pembelajaran, perilaku guru selama mengajar, cara penyampaian materi
materi pembelajaran dan pemanfataan TIK sebagai media dan sumber belajar,
dimana semua ini mempengaruhi motivasi dan cara pandang siswa terhadap arti
belajar dikelas.
Salah satu hambatan untuk melakukan
pembelajaran yang efektif sekaligus disukai siswa adalah kesulitan untuk
menciptakan sebuah efek yang membangkitkan rasa ingin tahu dan eksplorasi
terhadap pengetahuan yang diajarkan, serta membuat siswa mencari tahu bagaimana
menemukan solusi atas rasa ingin tahu dari ilmu yang telah dipelajarinya, hal
ini bisa mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa secara berkesinambungan.
Perubahan pola perilaku siswa dalam
aktivitas belajar dikelas saat ini semestinya dapat membuat guru memiliki
strategi perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan TIK pembelajaran menjadi pilihan
guru dalam mengajar. Sehingga siswa memiliki pengalaman belajar yang
menyenangkan. Cara terbaik menggunakan ICT di sekolah adalah dengan melalui
cara yang disukai siswa. Jika hal ini terjadi akan bagus sekali mengingat tugas
guru akan mudah dalam mengajar dan membina siswa sebagai seorang pendidik.
Proses belajar mengajar konvensional yang
mengandalkan tatap muka antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih
dengan peserta latihan, bagaimanapun merupakan sasaran yang paling mudah bagi
suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan kualitas pada dunia pendidikan.
Ketidakefektifan adalah kata yang paling cocok untuk sistem ini, sebab seiring
perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan,
namun institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar ( di jenjang
sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan tidak
seiring dengan perkembangan TIK.
B.
Hasil Penelitian
Ada pergeseran mendasar dalam
susunan pendidikan tinggi, dengan
perubahan teacher-centered ke
perubahan pendidikan yang berpusat pada siswa (student-centered) dan dari tradisional ke lingkungan belajar
online. Dalam ICT, perubahan ini diperburuk dengan disiplin yang bergerak cepat
yang mengharuskan seringnya revisi, meninggalkan siswa yang belum tentu memahami tentang isi kursus
dan pendidik pasti tentang bagaimana
mengakomodasi kebutuhan siswa mereka. Paradigma teknologi yang disempurnakan
yang berpusat pada siswa mempengaruhi
praktek mengajar dan cara-cara pendekatan pembelajaran siswa. Namun,
dalam penelitian kami ada indikasi bahwa
pendidik dan siswa mengalami kesulitan
mencapai cita-cita pendidikan ini. Kami menemukan ketegangan antara
harapan dan perilaku pendidik dan siswa.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa area ini yang membutuhkan
penelitian di masa depan.
C. Paradigma Pendidikan Baru: Pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) atau ICT (Information Communication Technologi)
dalam pembelajaran PAI
Pendidikan terutama dalam proses kegiatan belajar
mengajar mendapat implikasi yang cukup besar dengan munculnya TIK. Perubahan
(kemajuan TIK) ini melanda semua aspek kehidupan manusia, termasuk
pendidikan/pembelajaran. Pendapat Rosenberg (2001) sebagaimana dikutip oleh M.
Surya mengemukakan bahwa pergeseran paradigma dalam proses pembelajaran adalah:
(a) dari pelatihan ke penampilan, (b) dari ruang kelas ke di mana dan kapan
saja, (c) dari kertas ke ”online” atau
saluran, (d) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (e) dari waktu siklus ke waktu nyata. Ruang
belajar atau ruang kelas, misalnya
mempunyai pengertian yang sangat berbeda dewasa ini.[4]
TIK memberikan peranan sebagai wahana
transformasi pendidikan di Indonesia mencakup aspek: 1) kurikulum dan konten;
2) proses belajar mengajar; 3) fasilitas dan sarana prasarana; 4) sumber daya
manusia; 5) administrasi lembaga pendidikan, 6) manajemen dan kebijakan lembaga
pendidikan; dan 7) infrastruktur dan suprastruktur pendidikan.
Kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai
alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum lainnya dengan
lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan
yanag mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Penggunaan teknologi Informasi Pembelajaran
berbasis internet dalam pembelajaran PAI
sebenarnya sudah harus dikembangkan oleh guru atau pendidik, hal ini disebabkan
agar siswa atau peserta didik dapat lebih kreatif dan cepat memahami dengan apa
yang sedang dipelajarinya. Guru PAI sebagai pendidik yang mengajarkan aspek
keimanan, ketaqwaan, dan akhlak yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist
harus memulai melakukan inovasi-inovasi
baru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik.
Fasilitas internet akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi
tentang pendidikan yang secara langsung
dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan keberhasilan dalam belajar. Di
samping itu siswa dan guru juga tidak perlu hadir secara fisik dikelas, karena
siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas serta ujian
dengan cara mengakses internet yang telah secara online. Inilah yang dikatakan dengan perubahan
pembelajaran dari tradisional ke lingkungan pembelajaran virtual atau online.
Mata pelajaran PAI di sekolah menempati posisi
yang sangat strategis dalam memberikan dasar keimanan ketakwaan peserta didik
hingga di masa depan, kelak. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengamanatkan, PAI menjadi salah satu mata pelajaran yang
harus ada mulai dari jenjang dasar sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan teknologi adalah komponen yang
integral yang penting di dalam dunia kependidikan secara menyeluruh. Ini
disebabkan karena teknologi telah merasuk ke segala ruang kehidupan manusia.
Apa yang disebut dengan melek
teknologi (technological literacy)
bagi masyarakat (terdidik) merupakan bagian integral dari orientasi
kependidikan secara menyeluruh. Dengan demikian, dimungkinkan adanya tiga lapis
di dalam masyarakat, yakni ahli teknologi yang produktif, pemakai teknologi
yang arif, dan pendidik teknologi yang bijaksana.
Melihat begitu pentingnya mata pelajaran PAI di
sekolah, untuk itu perlu adanya inovasi pembelajaran. Salah satunya bentuknya
adalah pembelajaran PAI berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) atau
ICT (Information Communication Technologi).
Sebenarnya banyak
guru PAI yang sudah menguasai ICT, tetapi masih sekedar dimanfaatkan
untuk mengetik. Padahal manfaat ICT
dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu. Bentuk pemanfaatan ICT
dalam pembelajaran PAI adalah:
1.
Penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI
di kelas.
2.
Menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari
peserta didik.
3.
Menggunakan mailing list untuk diskusi kelas yang
diajarkan.
4.
Menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam
atau di luar kelas.
Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran
apabila dilakukan guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan
peserta didik terhadap mata pelajaran PAI disekolah. Upaya untuk memanfaatkan potensi
TIK sebagai alat untuk membangun keterampilan dalam proses pembelajaran
dilakukan dengan:
a.
Mendorong siswa agar mampu
menggunakan TIK dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.
b.
Memberikan fasilitas yang
mendukung untuk dapat menerapkan TIK dengan baik.
c.
Menciptakan situasi yang
mendukung literasi TIK di sekolah
d.
Penyediaan perangkat lunak
(software) dan perangkat keras (hardware) yang memadai untuk menerapkan TIK di
sekolah
Pertimbangan terpenting guna memperkuat minat dan
motivasi belajar siswa adalah konsistensi dalam pemanfaatan TIK sebagai media
dan sumber pembelajaran dimana siswa membutuhkan contoh konkret dan relevan
dari ilmu yang dipelajarinya. Memperkuat daya serap dan daya ingat siswa dengan
visualisasi teori abstrak menjadi konkret melalui alat peraga, tayangan audio
pembelajaran dan sebagainya akan lebih disukai daripada hanya sekedar
mendengarkan ceramah guru atau menghafal.
Di era globalisasi pendidikan, disadari atau tidak, tantangan dunia
pendidikan akan lebih berat. Oleh karena, itu optimalisasi TIK menjadi salah
satu alternative solusi dalam menopang dan menggerakkan dunia pendidikan di
kancah persaingan global.
BAB III
PENUTUP
Paradigma pendidikan baru yaitu terjadinya pergeseran cara pengajaran dan
pembelajaran yang dirasakan dalam
pendidikan tinggi. Salah satunya adalah dari pembelajaran teacher-centered ke pendidikan student-centered,
dan yang lainnya adalah pergeseran dari kelas tradisional ke kelas virtual. Susunan kurikulum TIK berubah sangat cepat
sehingga akademik/pendidik harus memperbarui kurikulum dan bahan ajar
Perubahan pola perilaku siswa dalam
aktivitas belajar dikelas saat ini semestinya dapat membuat guru memiliki
strategi perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan TIK pembelajaran menjadi pilihan
guru dalam mengajar. Paradigma teknologi yang disempurnakan yang berpusat pada
siswa mempengaruhi praktek mengajar dan
cara-cara pendekatan pembelajaran siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hoppes, S. & Chesbro, Elements of Instruction in Allied Health: Do Faculty and Students Value
The Same Thing?, Journal of Allied Health, 2003.
Kandi, Waras, Paradigma Baru Pendidikan Teknologi Dan
Kejuruan: Kerangka Pikir Inovatif Pembelajaran, Teknologi Dan Kejuruan, Vol. 34, No. 1, Pebruari 2011.
Siahaan, Sudirman, Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaran, Jakarta: Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.
Trigwell, K. &
M. Prosser, Towards an understanding of individual acts of teaching and learning,
Higher Education Research and Development, 1997.
[1] K.Trigwell & M. Prosser, Towards an understanding of individual acts of
teaching and learning, (Higher Education Research and Development,1997),
hal. 250.
[2] Hoppes S. & Chesbro, Elements of Instruction in Allied Health: Do
Faculty and Students Value The Same Thing?, (Journal of Allied Health,
2003), hal. 167.
[3] Waras Kandi, Paradigma Baru
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan: Kerangka Pikir Inovatif Pembelajaran, (Teknologi Dan Kejuruan, Vol. 34, No. 1,
Pebruari 2011), hal. 82.
[4] Sudirman Siahaan, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Pusat Teknologi Informasi
dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hal.22.
Langganan:
Postingan (Atom)